Wednesday 23 September 2015

Tigapagi-De Rode Slaapkamer vs Pidato Soeharto

TIGAPAGI - DE RODE SLAAPKAMER

Para pendengar sekalian, kini situasi telah dapat kita kuasai, baik di pusat maupun di daerah-daerah ada dalam kompak dan bersatu. Telah terdapat saling pengertian, bekerja sama, dan kebulatan tekad. 
Para pendengar sebangsa dan setanah air yang mereka telah mengambil alih. Dengan demikian, jelaslah bahwa tindakan mereka itu pasti tetap jaya di bawah pimpinan Paduka Yang Mulia.
Diharap masyarakat tetap tenang dan tetap waspada, siap siaga terus memanjatkan doa ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, tetap berjuang atas dasar Pancasila dan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. 


(Sumber: kutipan pidato Mayjend Soeharto pada 1 Oktober 1965)


PIDATO SOEHARTO - 1 OKTOBER '65
RRI 1 Oktober 1965

Para pendengar sekalian di seluruh tanah air, dari Sabang sampai Merauke. Sebagaimana telah diumumkan, maka pada tanggal 1 Oktober 1965 yang baru lalu telah terjadi di Jakarta suatu peristiwa yang dilakukan oleh suatu gerakan kontra revolusioner, yang menamakan dirinya “Gerakan 30 September”.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 mereka telah menculik beberapa perwira tinggi Angkatan Darat, ialah 1. Letnan Jenderal A. Yani, 2. Mayor Jenderal Soeprapto, 3. Mayor Jenderal S. Parman, 4. Mayor Jenderal Haryono M.T., 5. Brigadir Jenderal D.I Pandjaitan, 6. Brigadir Jenderal Soetojo SIswomihardjo.
Mereka telah dapat memaksa dan menggunakan studio RRI Jakarta dan kantor Pusat Telekomunikasi Jakarta untuk keperluan aksi penteroran mereka.
Dalam pada itu perlu kami umumkan kepada seluruh rakyat Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri, bahwa Paduka Yang Mulia Presiden/ Panglima Tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno dan Yang Mulia Menko Hankam/Kasab dalam keadaan aman dan sehat walafiat.
Para pendengar sekalian.Kini situasi telah dapat kita kuasai, baik di pusat maupun di daerah-daerah. Dan seluruhslagorde Angkatan darat ada dalam kompak bersatu.Untuk sementara Pimpinan Angkatan Darat kami pegang. Antara Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia telah terdapat saling pengertian, bekerjasama dan kebulatan tekad penuh, untuk menumpas perbuatan kontra revolusioner yang dilakukan oleh apa yang dinamakan dirinya “Gerakan 30 September”.
Para pendengar sebangsa dan setanah air yang budiman.
Apa yang menamakan dirinya “Gerakan 30 September” telah membentuk apa yang mereka sebut “Dewan Revolusi Indonesia”. Mereka telah mengambil alih kekuasaan Negara atau lazimnya disebut coup dari tangan Paduka Yang Mulia Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno dan melempar Kabinet Dwikora ke kedudukan demisioner, di samping mereka telah menculik beberapa Perwira Tinggi Angkatan Darat.
Para pendengar sekalian,Dengan demikian, jelaslah bahwa tindakan-tindakan mereka itu Kontra Revolusioner yang harus diberantas sampai akar-akarnya.Kami yakin, dengan bantuan penuh dari massa rakyat yang progressive revolusioner, gerakan kontra revolusioner 30 september pasti dapat kita hancur-leburkan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila pasti tetap jaya di bawah pimpinan Paduka Yang Mulia Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi kita yang tercinta Bung Karno.Diharap, masyarakat tetap tenang dan tetap waspada, siap-siaga serta terus memanjatkan do’a ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, semoga Paduka Yang Mulia Presiden/Panglima Tertinggi ABRI Bung Karno terus ada dalam lindungan-Nya.Kita pasti menang, karena kita tetap berjuang atas dasar Pancasila dan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa.

Sekian, terima kasih” <sumber : http://soeharto.co/tag/mayjen-soeharto>


Sekilas tentang Roekmana's Repertoire (hikayat seorang Roekmana)- Tigapagi



     Roekmana's Repertoire adalah album pertama dari musisi Indonesia, Tigapagi. Album ini berlatarkan tahun 1965, sebagaimana telah disampaikan oleh salah satu anggota Tigapagi, Sigit, bahwa 1965 adalah suatu masa yang mempunyai peran besar dalam sejarah Indonesia, terlepas dari terang atau kelamnya tahun itu.     Album ini berisi satu track yang terdiri dari 14 lagu yang saling berkesinambungan, mengisahkan alur hidup seorang bernama Roekmana. 



De Rode Slaapkamer - Kamar Merah

          Sampailah kita di lagu ke 13. Dapat kita dengar bahwa lagu ini hanyalah berupa alunan instrumen yang terdengar sedih dan kelam, disertai dengan penggalan-penggalan pidato Soeharto di RRI pada tanggal 1 Oktober 1965 yang sekilas terdengar tidak nyambung.     Jika anda telah mendengarkan Roekmana's Repertoire, Anda pasti merasakan bahwa sesampainya Roekmana di lagu yang ke-13 nampaknya Roekmana sudah mencapai titik terbawah dalam perjalanannya, dimana Ia terus mempertanyakan tentang makna dari hidupnya. Ia mulai merenungi dan mulai memunculkan rasa penyesalan atas hal-hal yang Ia telah alami.      

Pada saat yang bersamaan, pidato Soeharto terputar di radio pada tanggal 1 Oktober.Penggalan-penggalan pidato Soeharto yang disatukan dalam lagu De Rode Slaapkamer menurut saya dapat diartikan sebagai potongan-potongan perkataan Soeharto yang Roekmana dengar dan tangkap dalam kepalanya

Di bagian pertama, susunan kalimat terkesan seolah Roekmana ikut bersorak atas redamnya peristiwa G30S/PKI, dan ingin mendengar fakta bahwa masyarakat Indonesia masih kukuh dalam persatuan. Sedangkan dalam pidato aslinya, Soeharto menetapkan fokus kepada Angkatan Darat yang telah berhasil mengambil alih situasi. Fakta bahwa Soeharto tidak menyebutkan Angkatan Udara sangat kontras dengan harapan Roekmana akan persatuan bangsa. Nampaknya Roekmana yang tahu bahwa pemerintahan Indonesia saat itu sedang terpecah, tidak mau menerima kenyataan yang ada.     

Di bagian kedua, Roekmana seperti menangkap inti dari pidato Soeharto yang merupakan awal dari perebutan kekuasaan Soekarno oleh Soeharto. Isi dari pidato tersebut terkesan menumpukkan kesalahan pada Paduka Yang Mulia (Presiden Soekarno) atas kekacauan yang disebabkan oleh PKI. Walaupun dikemas dalam perkataan panjang lebar, Roekmana yang semata-mata adalah rakyat biasa, dapat menangkap maksud tersembunyi Soeharto yang ingin menggulingkan Soekarno.     

Di bagian terakhir, Roekmana tampak mendengarkan perkataan Soeharto untuk terus berdoa. Berdoa untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.      

Lagu ini menurut saya sangat menggambarkan keadaan pikiran masyarakat yang hidup di tahun 1965. Begitu banyak hal janggal yang terjadi, dan semua terkesan sangat cepat. Masyarakat yang tidak bodoh, dapat menangkap situasi yang sedang berlangsung. Walaupun dikemas dalam pidato yang seolah-olah menampilkan "pertanggungjawaban" Soeharto sebagai perwira TNI, namun rakyat tahu bahwa pidato itu merupakan akhir dari kejayaan Soekarno dan permulaan dari tirani Soeharto.

No comments:

Post a Comment